Oleh: Achmad Nur Hidayat, Ekonom UPN Veteran Jakarta dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute.
JATENGRAYA.COM – Krisis ketahanan pangan kian mengintai Indonesia, sebagai dampak dari kebijakan pertanian yang kurang efektif.
Saat ini, Perum Bulog telah mendatangkan sekitar 300 ribu ton beras impor untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) sebagai langkah antisipasi terhadap dampak El Nino.
Namun, data menunjukkan bahwa impor semakin bertambah karena anggaran pertanian terus menurun selama beberapa tahun terakhir dan lahan pertanian semakin sempit.
Hal ini cukup memprihatinkan, karena sektor pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbanyak dan penting untuk menjaga ketahanan pangan di negara ini.
Indonesia telah mendatangkan 300 ribu ton beras impor sebagai bagian dari total penugasan 2 juta ton beras impor pada 2023.
Langkah ini diambil untuk memenuhi cadangan beras pemerintah dan mengantisipasi dampak El Nino.
Sebelumnya, sebanyak 500 ribu ton beras impor juga telah masuk ke pasar.
Upaya Memenuhi Cadangan Beras Dalam Negeri Direktur Bisnis Bulog, Febby Novita, menegaskan bahwa Bulog juga berusaha memenuhi cadangan beras pemerintah dengan menyerap sebanyak-banyaknya produksi dalam negeri.
Namun, impor beras selalu dilakukan tiap tahun tidak ada perbaikan. Dengan dalih stok beras, impor beras selalu andalan.
Baca Juga:
Langsung Ditahan? KPK Periksa Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (HGR) alias Mbak Ita
Meski Bulog berkomitmen untuk terus menyerap beras petani selama produksi masih ada dan melibatkan kelompok tani serta pihak terkait lainnya.
Namun impor yang terus menerus merupakan remedi ketahanan pangan yang salah.
Anggaran Pertanian Terus Menurun Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak, dengan mayoritas penduduk Indonesia bekerja di sektor ini.
Namun, anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) terus menurun selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca Juga:
Menteri Tenaga Kerja RI Soroti Peran Penting BNSP dalam Sertifikasi Profesi
Anggota Kabinet Indonesia Maju, Sudaryono Dilantik Presiden Jokowi Menjadi Wakil Menteri Pertanian
Setelah mengalami kenaikan signifikan pada tahun efektif pertama sebagai presiden, anggaran Kementan kemudian menurun hingga mencapai Rp14,45 triliun pada 2022.
Subsidi Pupuk Berkurang, Lahan Pertanian makin sempit dan diperparah dengan mahalnya harga pupuk, yang juga dipengaruhi oleh harga minyak dan gas dunia akibat konflik di Eropa.
Subsidi pupuk dari pemerintah juga mengalami penurunan nilai dari tahun sebelumnya.
Selain itu, lahan pertanian di Indonesia semakin sempit karena alih fungsi lahan untuk kebutuhan pemukiman, industri, dan infrastruktur lainnya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Kondisi ini jangan dibiarkan karena akan menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan terhadap krisis pangan.
Jika impor beras ini terus dominan dilakukan dalam pemenuhan cadangan beras di Indonesia maka keberadaan petani padi tentunya akan terus berkurang.
Karena bertani beras tidak lagi menjadi pekerjaan yang menggiurkan.
Jika SDM petani semakin berkurang dan lahan semakin menyempit maka swasembada beras tidak akan pernah bisa lagi diwujudkan.
Ada beberapa langkah agar impor tidak selalu jadi andalan untuk memenuhi cadangan pangan nasional.
1. Negara harus meningkatkan Anggaran Pertanian.
Agar pemerintah meningkatkan anggaran untuk sektor pertanian guna memperkuat ketahanan pangan.
Anggaran yang memadai akan mendukung pengembangan infrastruktur pertanian, riset, teknologi, dan pelatihan petani untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
2. Peningkatan kembali subsidi Pupuk secara Efektif
Pemerintah harus melakukan evaluasi dan perbaikan pada sistem subsidi pupuk untuk memastikan bahwa pupuk dapat diakses dengan harga yang terjangkau oleh petani.
Selain itu, kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk impor dan memperkuat produksi pupuk lokal harus diutamakan.
3. Pengelolaan Lahan Pertanian yang Berkelanjutan dan stop alih fungsi lahan pertanian
Pengelolaan lahan pertanian harus diutamakan untuk mempertahankan dan meningkatkan luas lahan pertanian.
Selain itu, dukungan untuk teknik pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan harus ditingkatkan.
4. Dukungan dan Pelatihan bagi Petani
Pemerintah harus memberikan dukungan dan pelatihan yang lebih baik bagi petani, terutama bagi petani kecil dengan lahan terbatas.
Pelatihan tentang teknik pertanian modern, penggunaan teknologi, dan manajemen usaha pertanian akan membantu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
5. Membuat Kebijakan Pertanian Jangka Panjang
Diperlukan kebijakan pertanian yang berbasis jangka panjang, konsisten, dan berkesinambungan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor pertanian.
Kebijakan ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk petani, akademisi, dan pihak swasta, untuk mencapai ketahanan pangan yang lebih baik di masa depan.***